Baterai kimia, kinerjanya berubah sesuai dengan suhu di sekitarnya. Umur pakainya sangat terbatas dan memengaruhi bobot mobil. Dinilai kurang cocok untuk mobil sport yang membutuhkan sistem lebih ringan dalam hal bobot.
Roda gila, kinerjanya tidak menurun selama digunakan. Di samping itu, jauh lebih ringan, kompak, dan efisien. Keterbatasannya, tidak bisa menyimpan energi dalam waktu lama.
Siklus sistem
Umur pakai RESS adalah kunci penggunaanya untuk jangka panjang. Baterai hanya dapat dipakai dengan siklus ribuan kali sebelum dibuang atau didaur ulang. Superkapasitor, umur pakainya sekitar satu juta siklus, sedangkan roda gila 10 juta siklus.
Sistem hibrida pada mobil mewah Mercedes-Benz S-Class. Untuk menyimpan energi digunakan batere lithium-ion dengan pemulihnya, motor startor-alternator
Faktor itulah yang membuat FIA tidak ingin menggunakan baterai kimia sebagai penyimpan energi. Tak kalah penting, roda gila ramah terhadap lingkungan karena tidak menggunakan zat beracun dan dapat diaur ulang dengan aman.
Masalah lain yang diperhitungkan adalah aspek keamanan. Setiap alat penyimpan energi punya risiko. Baterai akan meledak jika terlalu panas, roda gila akan berantakan menghantam bagian lain di sekitarnya.
Kasus disengat listrik yang dialami mekanik, seperti BMW Sauber dan Red Bull, memaksa FIA mengeluarkan usulan penggunaan sarung tangan untuk setiap tim, termasuk marshal yang bertugas di trek.
Pakai baterai
Akhirnya, sebagian besar tim F1 memilih sistem kelistrikan untuk menyimpan energi yang diperoleh dan memanfaatkannya kembali. Tim memasang motor pada as roda, di depan mesin dan dekat tangki bahan bakar. Kabel digunakan untuk memindahkan energi dari KERS ke RESS. Masing-masing tim punya cara sendiri-sendiri.
Williams mengambil tenaga listrik dari motor yang disatukan dengan roda gila. Karakteristik kinerjanya meningkat secara radikal dengan menambahkan teknologi magnetically loaded composite (MLC). Teknologi MLC dikembangkan pada industri nuklir oleh Urenco dan Williams Hybrid Power telah diberi lisensi.
Masalah keamanan mendapatkan perhatian serius. Mekanik BMW Sauber tersengat arus listrik saat uji-coba KERS tahun lalu.
KERS versi terakhir yang digunakan pada F1 menghasilkan tenaga spesifik sekitar 5kW/kg dengan roda gila bisa berputar sampai 50.000 rpm. Karena padat dan tidak membutuhkan motor eksternal, KERS F1 sangat kompak. Dari ukuran tidak banyak membutuhkan tempat.
Kecuali Williams, tim lainnya menggunakan baterai kimia untuk menyimpan energi yang dipulihkan. Kendati roda gila lebih menguntungkan karena ukurannya lebih kecil, sebagian besar tim menggunakan baterai.
Terpilihnya KERS dengan RESS baterai karena pemasoknya, Magnetti Marelli mempresentasikan keunggulan pada November 2008. Fiturnya, motor starter-alternator, alat yang berfungsi ganda, bila mesin hidup, mengubah energi kinetik atau gerak menjadi listrik seperti yang digunakan pada mobil hibrida.
Masalahnya, motor harus dilengkapi dengan pendingin air yang mengakibatkan penempatan komponen mesin dan bagian tertentu dari mobil F1 harus ditata-ulang. Ternyata hal itu tidak mudah karena memengaruhi distribusi bobot mobil.
Ferrari dan Scuderia Toro Rosso menggandalkan sistem yang dibuat Magneti Marelli tersebut. Alasannya, perusahaan tersebut punya pengalaman dan keahlian dalam bidang elektronik. Motor dan unit kontrol KERS-nya lebih ringan 4 kg.
Sebenarnya, Magneti Marelli telah merancang paket KERS. Ternyata tim punya tuntutan yang berbeda. Sebagian besar tim ternyata menggunakan baterai lithium-ion. Bobot pun bertambah. Perbandingannya, 300 kg baterai, kemampuannya sama dengan 40 kg roda gila dalam menyimpan energi.
Layu sebelum berkembang
Karena masalah tersebut, KERS yang semula dicanangkan untuk membuat mobil F1 ramah lingkungan atau hemat energi, ternyata layu sebelum berkembang. Pada masa uji coba mobil di akhir tahun lalu, banyak tim bersemangat menjajal KERS. Nyatanya, begitu balapan berlangsung, justru banyak yang tidak menggunakan.
http://otomotif.kompas.com/read/xml/2009/06/17/0933137/tren.menghemat.energi.pada.mobil.balap.dan.jalanan.bagian.2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar